Selasa, 28 Februari 2012

pencemaran lingkungan

Pencemaran lingkungan hidup – Inti dari permasalahan lingkungan hidup adalah hubungan makhluk hidup, khususnya manusia dengan lingkungan hidupnya. Ilmu tentang hubungan timbal balik makhluk hidup dengan lingkungan hidupnya di sebut ekologi.Lingkungan hidup adalah sistem yang merupakan kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan makhluk hidup, termasuk di dalamnya manusia dengan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan peri kehidupannya dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya.Dari definisi diatas tersirat bahwa makhluk hidup khususnya merupakan pihak yang selalu memanfaatkan lingkungan hidupnya, baik dalam hal respirasi, pemenuhan kebutuhan pangan, papan dan lain-lain. Dan, manusia sebagai makhluk yang paling unggul di dalam ekosistemnya, memiliki daya dalam mengkreasi dan mengkonsumsi berbagai sumber-sumber daya alam bagi kebutuhan hidupnya.
Di alam terdapat berbagai sumber daya alam. yang merupakan komponen lingkungan yang sifatnya berbeda-beda, dimana dapat digolongkan atas :
- Sumber daya alam yang dapat diperbaharui (renewable natural resources)
- Sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui (non-renewable natural resources).
Berbagai sumber daya alam yang mempunyai sifat dan perilaku yang beragam tersebut saling berinteraksi dalam bentuk yang berbeda-beda pula. Sesuai dengan kepentingannya maka sumber daya alam dapat dibagi atas;
(a). fisiokimia seperti air, udara, tanah, dan sebagainya,
(b). biologi, seperti fauna, flora, habitat, dan sebagainya, dan
(c). sosial ekonomi seperti pendapatan, kesehatan, adat-istiadat, agama, dan lain-lain.
Interaksi dari elemen lingkungan yaitu antara yang tergolong hayati dan non-hayati akan menentukan kelangsungan siklus ekosistem, yang didalamnya didapati proses pergerakan energi dan hara (material) dalam suatu sistem yang menandai adanya habitat, proses adaptasi dan evolusi.Dalam memanipulasi lingkungan hidupnya, maka manusia harus mampu mengenali sifat lingkungan hidup yang ditentukan oleh macam-macam faktor. Berkaitan dengan pernyataan ini, sifat lingkungan hidup dikategorikan atas dasar :
(1). Jenis dan jumlah masing-masing jenis unsur lingkungan hidup tersebut,
(2). hubungan atau interaksi antara unsur dalam lingkungan hidup tersebut,
(3). kelakuan atau kondisi unsur lingkungan hidup, dan
(4). faktor-faktor non-materil, seperti cahaya dan kebisingan.

membudayakan cinta lingkungan melalui pendidikan

Membudayakan Cinta Lingkungan Hidup melalui Dunia Pendidikan

 
 
 
 
 
 
22 Votes
Dulu, Indonesia dikenal sebagai sebuah negeri yang subur. Negeri kepulauan yang membentang di sepanjang garis katulistiwa yang ditamsilkan ibarat untaian zamrud berkilauan sehingga membuat para penghuninya merasa tenang, nyaman, damai, dan makmur. Tanaman apa saja bisa tumbuh di sana. Bahkan, tongkat dan kayu pun, menurut versi Koes Plus, bisa tumbuh jadi tanaman yang subur.
Namun, seiring dengan berkembangnya peradaban umat manusia, Indonesia tidak lagi nyaman untuk dihuni. Tanahnya jadi gersang dan tandus. Jangankan tongkat dan kayu, bibit unggul pun gagal tumbuh di Indonesia. Yang lebih menyedihkan, dari tahun ke tahun, Indonesia hanya menuai bencana. Banjir bandang, tanah longsor, tsunami, atau kekeringan seolah-olah sudah menjadi fenomena tahunan yang terus dan terus terjadi. Sementara itu, pembalakan hutan, perburuan satwa liar, pembakaran hutan, penebangan liar, bahkan juga illegal loging (nyaris) tak pernah luput dari agenda para perusak lingkungan. Ironisnya, para elite negeri ini seolah-olah menutup mata bahwa ulah manusia yang bertindak sewenang-wenang dalam memperlakukan lingkungan hidup bisa menjadi ancaman yang terus mengintai setiap saat.
Mengapa bencana demi bencana terus terjadi? Bukankah negeri ini sudah memiliki perangkat hukum yang jelas mengenai Pengelolaan Lingkungan Hidup? Bukankah Menteri Lingkungan Hidup dan Menteri Pendidikan Nasional telah membangun kesepakatan bersama tentang pendidikan lingkungan hidup? Namun, mengapa korban-korban masih terus berjatuhan akibat rusaknya lingkungan yang sudah berada pada titik nadir? Siapa yang mesti bertanggung jawab ketika bumi ini tidak lagi bersikap ramah terhadap penghuninya? Siapa yang harus disalahkan ketika bencana dan musibah datang beruntun menelan korban orang-orang tak berdosa?
Saat ini agaknya (nyaris) tidak ada lagi tanah di Indonesia yang nyaman bagi tanaman untuk tumbuh dengan subur dan lebat. Mulai pelosok-pelosok dusun hingga perkotaan hanya menyisakan celah-celah tanah kerontang yang gersang, tandus, dan garang. Di pelosok-pelosok dusun, berhektar-hektar hutan telah gundul, terbakar, dan terbabat habis sehingga tak ada tempat lagi untuk resapan air. Satwa liar pun telah kehilangan habitatnya. Sementara itu, di perkotaan telah tumbuh cerobong-cerobong asap yang ditanam kaum kapitalis untuk mengeruk keuntungan tanpa mempertimbangkan dampaknya terhadap lingkungan. Polusi tanah, air, dan udara benar-benar telah mengepung masyarakat perkotaan sehingga tak ada tempat lagi untuk bisa bernapas dengan bebas dan leluasa. Limbah rumah tangga dan industri makin memperparah kondisi tanah dan air di daerah perkotaan sehingga menjadi sarang yang nyaman bagi berbagai jenis penyakit yang bisa mengancam keselamatan manusia di sekitarnya.
Sebenarnya kita bisa banyak belajar dari kearifan lokal nenek moyang kita tentang bagaimana cara memperlakukan lingkungan dengan baik dan bersahabat. Meski secara teoretis mereka buta pengetahuan, tetapi di tingkat praksis mereka mampu membaca tanda-tanda dan gejala alam melalui kepekaan intuitifnya. Masyarakat Papua, misalnya, memiliki budaya dan adat istiadat lokal yang lebih mengedepankan keharmonisan dengan alam. Mereka pantang melakukan perusakan terhadap alam karena dinilai bisa menjadi ancaman besar bagi budaya mereka. Alam bukan hanya sumber kehidupan, melainkan juga sahabat dan guru yang telah mengajarkan banyak hal bagi mereka. Dari alam mereka menemukan falsafah hidup, membangun religiositas dan pola hidup seperti yang mereka anut hingga kini. Memanfaatkan alam tanpa mempertimbangkan eksistensi budaya setempat tidak beda dengan penjajahan. Namun, sejak kedatangan PT Freeport Indonesia, keharmonisan hubungan masyarakat Papua dengan alam jadi berubah. Saya kira masih banyak contoh kearifan lokal di daerah lain yang sarat dengan pesan-pesan moral bagaimana memperlakukan lingkungan dengan baik.
Namun, berbagai peristiwa tragis akibat parahnya kerusakan lingkungan sudah telanjur terjadi. “Membangun tanpa merusak lingkungan” yang dulu pernah gencar digembar-gemborkan pun hanya slogan belaka. Realisasinya, atas nama pembangunan, penggusuran lahan dan pembabatan hutan terus berlangsung. Sementara itu, hukum pun makin tak berdaya menghadapi para “bromocorah” lingkungan hidup yang nyata-nyata telah menyengsarakan jutaan umat manusia. Para investor yang nyata-nyata telah membutakan mata dan tidak menghargai kearifan lokal masyarakat setempat justru dianggap sebagai “pahlawan” lantaran telah mampu mendongkrak devisa negara dalam upaya mengejar pertumbuhan ekonomi dan daya saing bangsa.

Meskipun demikian, hanya mencari “kambing hitam” siapa yang bersalah dan siapa yang mesti bertanggung jawab terhadap kerusakan lingkungan hidup bukanlah cara yang arif dan bijak. Lingkungan hidup merupakan persoalan kolektif yang membutuhkan partisipasi semua komponen bangsa untuk mengurus dan mengelolanya. Pemerintah, tokoh-tokoh masyarakat, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), semua warga masyarakat, dan komponen bangsa yang lain harus memiliki “kemauan politik” untuk bersama-sama menjaga kelestarian lingkungan hidup dari ulah tangan jahil para preman dan penjahat lingkungan. Hal itu harus dibarengi dengan tindakan hukum yang tegas terhadap pelaku kejahatan lingkungan hidup yang nyata-nyata telah terbukti menyengsarakan banyak umat manusia. Pedang hukum harus benar-benar mampu memancung dan memenggal kepala para penjahat lingkungan hidup untuk memberikan efek jera dan sekaligus memberikan pelajaran bagi yang lain.
Yang tidak kalah penting, harus ada upaya serius untuk membudayakan cinta lingkungan hidup melalui dunia pendidikan. Institusi pendidikan, menurut hemat saya, harus menjadi benteng yang tangguh untuk menginternalisasi dan menanamkan nilai-nilai budaya cinta lingkungan hidup kepada anak-anak bangsa yang kini tengah gencar menuntut ilmu. Nilai-nilai kearifan lokal masyarakat setempat perlu terus digali dan dikembangkan secara kontekstual untuk selanjutnya disemaikan ke dalam dunia pendidikan melalui proses pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Pola dan gaya penyajiannya pun tidak bercorak teoretis dan dogmatis seperti orang berkhotbah, tetapi harus lebih interaktif dan dialogis dengan mengajak siswa didik untuk berdiskusi dan bercurah pikir melalui topik-topik lingkungan hidup yang menarik dan menantang.
Lingkungan hidup yang disemaikan melalui dunia pendidikan tidak harus menjadi mata pelajaran tersendiri, tetapi disajikan lintas mata pelajaran melalui pokok-pokok bahasan yang relevan. Dengan kata lain, lingkungan hidup tidak cukup hanya menjadi tanggung jawab guru Geografi atau IPA saja, misalnya, tetapi harus menjadi tanggung jawab semua guru mata pelajaran.
Mengapa budaya cinta lingkungan hidup ini penting dikembangkan melalui dunia pendidikan? Ya, karena jutaan anak bangsa kini tengah gencar menuntut ilmu di bangku pendidikan. Merekalah yang kelak akan menjadi penentu kebijakan mengenai penanganan dan pengelolaan lingkungan hidup yang baik. Menanamkan nilai-nilai budaya cinta lingkungan hidup kepada anak-anak bangsa melalui bangku pendidikan sama saja menyelamatkan lingkungan hidup dari kerusakan yang makin parah. Dan itu harus dimulai sekarang juga. Depdiknas yang memiliki wewenang untuk menentukan kebijakan harus secepatnya “menjemput bola” agar dunia pendidikan kita mampu melahirkan generasi masa depan yang sadar lingkungan dan memiliki kepekaan terhadap persoalan yang dihadapi masyarakat dan bangsanya. Nah, bagaimana? ***
————————–

rumah ramah lingkungan

RUMAH adalah lingkungan terkecil dan yang paling dekat dengan kita. Tak dapat dipungkiri jika berbagai macam hal kita pelajari dari lingkungan rumah, yang pada akhirnya dapat membentuk karakter dan sifat bawaan kita. Untuk itu, hal-hal positif sangat baik diajarkan dari rumah, apalagi masalah lingkungan yang sangat bersentuhan dengan kehidupan kita sehari-hari.

Untuk memelihara lingkungan dan menjaga kelestarian Bumi, banyak hal mudah yang dapat dilakukan di lingkungan terkecil kita, yakni di rumah tinggal. Beberapa hal mudah dan murah yang dapat kita lakukan antara lain, seperti yang dipaparkan berikut ini, dikutip dari blog pribadi seorang pemerhati rumah dan lingkungan Reveleci, Sabtu (18/2/2012).

1. Ganti bohlam lampu


Salah satu cara termudah menghemat energi adalah dengan menggunakan bohlam Compact Fluorescent Lights (CFLs). Bohlam ini dapat digunakan 10 kali lebih lama daripada bohlam biasa dan menghemat uang karena 80 persen lebih efisien dalam mengubah energi menjadi cahaya. Sementara bohlam lain menghabiskan 95 persen listrik hanya untuk membuat panas.

2. Perbaiki keran yang bocor


Kebocoran keran umumnya terjadi karena cincin karetnya sudah mengeras dan getas. Belilah cincin karet baru. Sebab, keran yang bocor dapat membuang hingga 24 ribu liter air tiap tahunnya.

3. Tutup panci saat memasak

Menutup panci saat memasak dapat menghemat energi hingga 70 persen, karena panas tidak terbuang keluar. Selain itu, juga dapat menghemat waktu. Ada baiknya membeli panci bertutup gelas karena kita dapat melihat makanan tanpa membuka tutupnya. Jangan lupa menggunakan ring gas sesuai dengan besar pantat panci supaya tidak membuang-buang energi untuk memanaskan udara di sekeliling tungku.

4. Pendingin ruangan


Pikirkanlah sebelum Anda membeli dan menggunakan Air Conditioner (AC), karena AC menarik daya listrik yang cukup besar. Akan lebih baik jika menggunakan kipas angin. Kipas angin yang dipasang di langit-langit adalah kipas yang paling efektif karena mampu mengalirkan udara secara efisien sehingga ruang terasa sejuk.

5. Kurangi air dalam tangki kloset

Taruh batu kerikil atau botol plastik berisi air di dalam tangki kloset untuk menggurangi jumlah air siraman (flush).

6. Kurangi sampah kita

Sampah yang kita hasilkan, 40 persen berupa benda-benda yang kita buang merupakan sampah yang dapat didaur ulang (misalnya kertas, metal, plastik, kaca). 20 persen dari sampah kita adalah sampah organik, mungkin dari kebun atau dapur yang bisa diolah menjadi pupuk (misalnya ampas kopi dan teh serta kulit telur), semua itu bisa dijadikan pupuk instan. Jadi 60 persen atau mungkin lebih dari sampah kita merupakan bahan-bahan yang bermanfaat

7. Gunakan kaca film untuk menjaga ruangan tetap dingin

Menggunakan kaca film (reflective film) untuk melapisi kaca jendela dapat mengurangi panas sebesar 30 persen. Kaca film memantulkan panas matahari dari jendela tanpa menghalangi masuknya cahaya, karena itu ruang tetap terang. Kaca film ini dapat dibeli di toko-toko peralatan mobil. Kita dapat memilih kaca film dengan kemampuan memantulkan panas berbeda-beda. Jangan gunakan kaca film yang terlalu gelap, karena akan membutuhkan lampu dengan cahaya lebih terang yang akan membuat ruang lebih panas

8. Gunakan cat lateks untuk dinding

Gunakan cat lateks untuk mengecat dinding rumah karena cat lateks lebih aman (less toxic) dari pada cat minyak. Jangan membuang sisa cat ke saluran air karena semua cat mengandung racun. (rhs)

tips menjaga lingkungan

1. Hindari pemakaian kertas sepanjang hari.
2. Tonton video tentang daur ulang, jadikan inspirasi dan terapkan di lingkungan Anda.
3. Matikan layar komputer jika Anda ke luar kantor. Jangan lupa mematikan PC pada sore hari saat Anda akan pulang.
4. Bermain game lingkungan di Internet.
5. Lihat ke sekeliling rumah atau kantor Anda. Matikan atau cabut peralatan elektronik yang jarang dipakai.
6. Daftarkan email Anda ke situs ramah lingkungan untuk mendapatkan berita terbaru.
7. Promosikan gerakan ramah lingkungan di kantor dan ajak rekan-rekan Anda bergabung.
8. Belajar cara mendaur ulang sampah.
9. Mencari tips hijau di Internet.
10. Bagi ibu yang mempunyai bayi, gunakan popok kain sebagai ganti popok sekali pakai.
11. Makan makanan organik. Beli buah dan sayur Anda dari petani lokal. Jangan lupa manfaatkan sayuran sisa untuk kompos.
12. Beli peralatan kantor yang ramah lingkungan.
13. Gunakan piranti lunak atau fasilitas penyaringan email untuk menghindari email-email sampah (junk mail).
14. Ganti produk-produk pembersih Anda dengan produk pembersih alami dan ramah lingkungan.
15. Beralih sepenuhnya ke tisu daur ulang.
16. Menghindari pemakaian alat dapur sekali pakai.
17. Membawa tas sendiri saat berbelanja dan hindari pemakaian tas plastik.
18. Berolahragalah di luar ruangan sebagai ganti olah raga dengan treadmill dan gunakan alat-alat olah raga yang ramah lingkungan.
19. Gunakan produk-produk perawatan tubuh yang alami dan organik.
20. Mencek aktifitas para celebritis ramah lingkungan di Internet.
21. Menggelar pesta bertema lingkungan.
22. Cek lemari Anda dan terapkan prinsip 3 R: mengurangi (reduce) pakaian yang sudah tak terpakai, menggunakan kembali (reuse) dan mendaur ulang (recycle) pakaian tersebut dengan menyumbangkannya ke mereka yang membutuhkan
23. Kini semakin banyak perusahaan besar yang menjalankan praktik-praktik hijau. Jadikan tren ini sebagai inspirasi.
24. Berjalan kaki, bersepeda, saling memberikan tumpangan (carpool) atau naik angkutan umum adalah praktik hijau yang patut dijadikan contoh.
25. Ajak 5 teman Anda untuk menerapkan program ramah lingkungan mulai hari ini juga.

reboisasi

Reboisasi (bahasa Inggris: reforestation) adalah penanaman kembali hutan yang telah ditebang (tandus, gundul). Reboisasi berguna untuk meningkatkan kualitas kehidupan manusia dengan menyerap polusi dan debu dari udara, membangun kembali habitat dan ekosistem alam, mencegah pemanasan global dengan menangkap karbon dioksida dari udara, serta dimanfaatkan hasilnya (terutama kayu). Salah contoh upaya reboisasi yang menarik adalah prakarsa pemerintah Kabupaten Garut yang dimulai pada tahun 2009: meminta setiap pengantin baru untuk menanam 10 pohon dan 50 pohon bagi pasangan yang bercerai [1].